Laman

Kamis, 28 Juni 2012

Budaya betawi: Roti Buaya






Roti Buaya - adalah salah satu kue yang paling khas di Jakarta, pasalnya, roti ini adalah salah satu syarat bagi mempelai lelaki dalam pernikahan adat Betawi. Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan.
Roti buaya mulai dikenal oleh orang-orang Jakarta saat masuknya bangsa eropa ke indonesia. Bagi bangsa eropa, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, sehingga diperlukan simbol-simbol yang bisa mewakili pernikahan tersebut, saat itu simbol yang biasa dipakai oleh bangsa eropa yang menikah adalah bunga. Tak mau meniru gaya orang eropa, orang betawi pun berusaha untuk mencari simbol sendiri dalam pernikahan, maka dipilihlah roti buaya sebagai simbol pernikahan.

Mengapa harus roti buaya? Karena buaya merupakan simbol kesetiaan. Nyatanya buaya hanya akan kawin sekali saja. Filosofi inilah yang membuat buaya terpilih untuk mewakili simbolisasi pernikahan ala betawi, dengan harapan si pengantin bisa langgeng dan saling setia sampai akhir hayatnya. Dan hingga kini, roti buaya sudah umum disebut sebagai roti kawinan betawi, bahkan ada beberapa kepercayaan yang kemudian menyebutkan bahwa perkawinan belum sah kalau belum ada roti buaya.

Jika diperhatikan, memang benar dalam setiap pernikahan orang Betawi sekalu ada roti buaya. Jadi selain adu pantun dan petasan, roti buaya memegang aspek penting dalam budaya satu ini. Dikarenakan roti ini memiliki makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup-semati. Sayangnya, saat ini roti buaya tidak mudah dijumpai di toko-toko roti. Untuk itu, bagi pasangan yang akan menikah harus pesan dulu ke tukang roti. Dan harganya juga bervariasi tergantung ukuran yang dipesan, yakni mulai dari 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Itu sudah termasuk rasa roti, keranjang, dan asesoris pelengkapnya. 

Asal Mula Helloween

Semua pasti tahu dengan budaya Helloween kan? Helloween dikenal sebagai hari dimana kita memakai kostum menyeramkan dan berkeliaran di malam hari meminta permen ke rumah-rumah. kita pasti mengira itu merupakan budaya dari barat, tapi sebenarnya ada hubungannya dengan budaya timur loh..
Halloween selalu dirayakan setiap tahun tanggal 31 Oktober malam oleh umat Kristiani, terutama di luar negeri. Di China, saat ini sudah banyak warga lokal yang sudah ikut-ikutan budaya Halloween - tanpa mengerti artinya. Kenapa mereka memakai kostum serba menakutkan? Benarkah itu dulunya berkaitan dengan pemujaan terhadap setan, atau hanya sekedar ritual kuno?
Kata Halloween barasal dari All Hallows Eve (malam mensucikan), karana keesokan harinya adalah hari peringatan untuk menghormati orang suci bagi umat Kristian (All Saints Day). Salah satu cerita mengatakan bahawa Halloween diperkenalkan oleh bangsa Celtic di Irlandia yang percaya bahawa pada tanggal 31 Oktober malam roh-roh orang yang sudah meninggal gentayangan untuk merasuki tubuh mereka yang masih hidup. Mistik ini kurang lebih dengan orang Tionghoa yang percaya bulan 7 penanggalan China, pintu neraka dibuka sehingga roh-roh gentayangan berkeliaran di bumi.
Tentu saja mereka tidak mau dirasuki oleh roh-roh gentayangan tersebut. Karena itu ketika malam sudah mulai mengintip tanggal 31 Oktober, para penduduk desa mematikan api yang menyala dalam dalam rumah sehingga tubuh mereka dingin dan roh tidak mau memasukinya. Mereka kemudian berpakaian yang menakutkan dan berkeliling desa dengan suara gaduh untuk menakut-nakuti roh gentayangan yang ingin merasuki tubuh mereka.
Kebiasaan merayakan Halloween dibawa ke Amerika oleh para imigran Irlandia yang mengalami bencana kelaparan di tahun 1840-an. Akan tetapi kebiasaan trick-or-treat dipercaya berasal dari budaya bangsa Eropa abad ke-9. Mereka merayakan hari roh tiap tanggal 2 November dengan cara berjalan dari desa ke desa meminta ‘kue roh’ yang berupa roti. Semakin banyak kue yang mereka dapat, semakin banyak pula doa yang akan mereka panjatkan untuk keluarga yang sudah meninggal dari si pemberi kue. Dengan demikian diharapkan roh mereka akan langsung masuk ke surga dan tidak gentayangan lagi.

Injak Telur




Injak Telur adalah sebuah upacara yang dilakukan dalam pernikahan adat jawa sesudah/sebelum dilaksanakannya akad nikah. Dalam kasus ini sang pria yang menginjak telur yang kemudian dibersihkan oleh sang mempelai wanita.

Pria menginjak telur
Pria menginjak telur dimaksudkan bahwa prialah yang harus dominan dalam keluarga, dan ia juga harus bekerja keras untuk keluarga. Dan saat pria menginjak telur sehingga telur itu pecah menggambarkan bahwa sang pria itulah yang nanti akan mendapatkan keperawanan sang wanita selepas akad nikah.

Injak Telur Tanpa alas kaki
Mengapa sang pria memecahkan telur harus tanpa menggunakan alas kaki? Itu menandakan bahwa sang pria yang nantinya akan menjadi kepala rumah tangga harus berjuang keras untuk mempertahankan dan menghidupi keluarga tanpa harus merengek-rengek meminta bantuan orang atau bergantung dengan orang lain. Usaha yang dilakukan pasti tidak mudah, sama tidak mudahya dengan memecahkan telur tanpa alas kaki dan ia akan merasa kesakitan tertusuk-tusuk kulit. Sama halnya dalam kehidupan nyata, nantinya tidak mudah bagi pria menjalankan memperjuangkan keluarga pasti akan ada rasa sakit, lelah dan sebagainya.

Wanita membersihkan pecahan telur
Tindakan ini mengartikan bahwa wanita itu harus mengabdi pada suami dengan senang hati dan ikhlas. Ini juga menunjukan bahwa sang istri haruslah patuh terhadap suami. Rasa sakit dan lelah yang dirasakan suami setelah bekerja kemudian dihilangkan dengan pengabdian seorang istri di rumah.

           Itulah beberapa makna yang tersirat dari budaya injak telur yang sering kita lihat kalau ada pernikahan. Sebagai bangsa yang punya banyak kebudayaan kita harus tahu apa makna dan alas an budaya itu dilakukan. Sekian dan semoga bemanfaat.

Origami


Origami adalah sebuah seni melipat kertas. Seni ini kemungkinan berasal dari negeri Tiongkok China yang berkembang di Jepang bersamaan denga mulai diperkenalkannya penggunaan kertas sekitar 105 Masehi. Seni melipat kertas ini mulai berkembang lebih luas pada jaman Edo era (1603-1867). Teknik lipatan kertas dan beragam obyek yang diciptakan dari yang sangat sederhana dan hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk membuatnya sampai bentuk rumit yang memerlukan waktu beberapa jam.
Semakin hari semakin banyak seniman-seniman origami yang bermunculan dipicu dengan semakin mudah kita mendapatkan kertas. Origami yang diciptakan pun semakin beragam dan memiliki bentuk-bentuk yang unik. Sulit untuk dipercayai bahwa banyak bentuk yang bisa diciptakan oleh selembar kertas utuh tanpa memotong ataupun menggunakan perekat namun hanya mengandalkan lipatan saja.
Salah satu seniman origami paling terkenal saat ini adalah Satoshi Kamiya yang mampu membuat berbagai bentuk origami sulit hanya dari selembar kertas dan sekali lagi tanpa memotongnya sama sekali. Menurut Satoshi karya origami yang paling sulit adalah bentuk naga karena membutuhkan waktu sampai beberapa bulan untuk mengerjakannya. Secara umum untuk membuatnya origami kita bisa menggunakan kertas biasa namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami. Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah dan sama sekali tidak berhubungan dengan teknik seperti lipatan kertas menjadi lebih mudah dan sebagainya

Minggu, 03 Juni 2012

Tarian Dayak

          Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur. Dayak juga mengenal tarian loh.. nih diantaranya:

        SENI TARI DAYAK
1. Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.
Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.
Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
4. Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
5.Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
6. Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.
7. Tari Hudoq Kita’
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita’ dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita’ menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita’, yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.
8. Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).a kita memanfaatkan dan mengelolanya.
9. Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
10. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
11. Tari Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
12. Tari Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
13. Tari Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
14. Tari Baraga’ Bagantar
Awalnya Baraga’ Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.
Itulah beberapa tarian khas Dayak, sebagai warga Indonesia alangkah baiknya kalau kita bisa melestarikan budaya tersebut. Tolong dijaga yaa..